Rabu, 20 Januari 2010
Uji Coba Ujian Nasional I
Soal tes disusun oleh guru mata pelajaran dengan kisi-kisi mengacu pada SKL dan penulisan soal sesuai dengan kaidah penulisan soal. Jumlah soal dan bentuk soal menyesuaikan dengan soal Ujian Nasional yang sebenarnya.
Setelah dianalisis, hasil ujian belum menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan ditandai tingkat kelulusan baru mencapai 25 %. Hasil analisis ini digunakan untuk penempatan anak dalam kegiatan les setelah pelajaran sekolah. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada guru menyesuaikan penyajian les sesuai dengan tingkat pemahaman anak dan memberikan tantangan kepada siswa untuk dapat mencapai prestasi maksimal.
Minggu, 17 Januari 2010
Mayoritas Guru Belum Terapkan Pendidikan Karakter
"Mayoritas guru belum punya kemauan untuk melakukan itu. Kesadaran sudah ada, hanya saja belum menjadi sebuah aksi nyata"
-- Anita Lie/Praktisi Pendidikan
Hal tersebut sulit dimungkiri, karena guru BP memang tidak bisa meraih semuanya sehari-hari di sekolah. Istilahnya, kalau ada masalah datang, kalau tidak, ya, tidak.
Selain itu, tidak jarang keberadaan guru BP dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan karakter sampai sejauh ini tidak pernah optimal.
"Padahal seharusnya semua guru bisa menerapkan pendidikan karakter itu, tetapi mereka harus bisa meneguhkan dulu, bahwa di kelas itu mereka juga mendidik, bukan cuma mengajar," ujar praktisi pendidikan, Dr Anita Lie, di Jakarta, Jumat (15/1/12010).
Anita mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di semua mata pelajaran.
"Masalahnya, mayoritas guru belum punya kemauan untuk melakukan itu. Kesadaran sudah ada, hanya saja belum menjadi sebuah aksi nyata," ujarnya.(Kompas Online: Jumat, 15 Januari 2010)
Senin, 11 Januari 2010
Guru sebagai Sumber Keteladanan
Jakarta, Rabu (25 November 2009) -- Guru mempunyai peran vital dalam pendidikan. Sikap dan perilaku guru mempunyai implikasi yang luar biasa terhadap murid - muridnya.
"Tidak ada ceritanya sekolah tanpa guru. Guru ini sebagai profesi, sebagai sumber keteladanan," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh usai menjadi pembina upacara pada Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2009 dan Hari Ulang Tahun PGRI Ke-64 di Depdiknas, Jakarta, Rabu (25/11/2009).
Tema Peringatan HGN 2009 dan HUT PGRI Ke-64 adalah Memacu Peran Strategis Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan Guru dalam Mewujudkan Guru Profesional, Sejahtera, Bermartabat, dan Terlindungi.
Mendiknas menyampaikan, agar guru dapat berprestasi dan pendidikan tumbuh dengan baik maka harus melengkapi semua komponen pendukungnya. Mendiknas mengatakan, kesejahteraan guru merupakan salah satu isu penting dalam pendidikan. "Tetapi isu sentralnya adalah bagaimana meningkatkan kualitas, dedikasi, dan komitmen para guru sehingga bermuara pada kualitas pendidikan," katanya.
Menurut Mendiknas, jika dibandingkan dengan PNS (pegawai negeri sipil) yang lain sebenarnya kesejahteran guru relatif sudah bagus. "Kita enggak ingin urusan guru ini terjebak hanya pada urusan kesejahteraan karena kalau kita terjebak pada urusan kesejahteraan maka lebih dekat guru itu sebagai pekerja bukan sebagai profesi," katanya.
Sementara, kata Mendiknas, kualitas pendidikan dicapai dengan secara terus menerus mengikuti perkembangan zaman. "Yang namanya kualitas itu selalu bergerak, yang bisa kita ukur adalah yang sifatnya kuantitatif, misalnya APK (angkat partisipasi kasar), jumlah perbandingan guru dan murid, jumlah perbandingan SMK:SMA," katanya.
Dalam sambutannya, Mendiknas mengatakan, terdapat tiga makna penting Peringatan HGN 2009 dan HUT PGRI Ke-64 yakni, reflektif kesejarahan, introspeksi kekinian, dan antisipatif futuris. "Dengan memahami makna substansi yang terkandung pada hari guru, kita hantarkan anak - anak kita sebagai penerus bangsa," ujarnya.
Mendiknas menyampaikan, prestasi keteladanan dan kepeloporan para guru yang telah ditunjukkan semasa revolusi hingga sekarang adalah semangat dan tradisi perjuangan yang perlu terus menerus diselaraskan seiring dengan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. "Untuk mengantisipasi hal itu, tidaklah berlebihan kiranya harapan masa depan bangsa dan harapan kita semua dipertaruhkan kepada mereka yang berprofesi sebagai guru dan pecinta dunia pendidikan," katanya.***
Sumber: Pers Depdiknas